Analisis Manajemen Krisis Tokoh Aburizal Bakrie



Analisis Manajemen Krisis Tokoh Aburizal Bakrie

Aburizal Bakrie atau akrab disapa Ical adalah pengusaha Indonesia yang pernah tercatat dalam Forbes sebagai orang terkaya tahun 2007. Namun kepiawaiannya dalam dunia usaha tidak selalu berjalan mulus, apalagi Ical tidak hanya sebagai tokoh yang pengusaha namun juga terlibat dalam partai Politik. Berikut analisis tokoh Ical jika dianalisis dengan tipt-tipe krisis yang dikemukakan oleh Claudia Reinhardt (1987):
1)      Krisis bersifat segera (Immediate Crises). Tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Dalam tahap ini, Ical dan keluarga Bakrie sebagai pengusaha memiliki 40% saham Bumi. PT Lapindo Brantas yang melanda warga daerah Sidoarjo merupakan satu kasus krisis yang dialami segera oleh keluarga Bakrie. Ical disebut-sebut sebagai orang yang harus bertanggung jawab terhadap bencana ini. Lumpur yang bercampur gas ini akibat pengeboran eksplorasi belum juga menyembur wilayah Sidoarjo. Krisis ini membutuhkan konsesus terlebih dahulu pada level menajemen puncak untuk mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana bereaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2)      Krisis baru muncul (Emerging Crises). Tipe krisis ini masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama tidak ditangani. Dalam kasus Ical ini adalah adanya amarah dan kekecewaan masyarakat Sidoarjo pasca bencana Lumpur Lapindo. Tantangan bagi humas Lapindo Brantas dalam kasus ini adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis mencapai tahapan kritis.
3)      Krisis bertahan (Sustained Crises) adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manajemen perusahaan atau organisasi untuk mengatasinya. Dalam tipe ini, kasus oleh keluarga Bakrie di PT Lapindo Brantas, rumor atau spekulasi mengenai Lumpur Lapindo oleh media massa maupun dari mulut ke mulut dikontrol oleh manajemen humas keluarga Bakrie. Nama bencana Lumpur Lapindo dialihkan menjadi Lumpur Sidoarjo, namun orang-orang yang mengetahui bencana ini akan tetap mengakui bahwa bencana tersebut adalah akibat PT Lapindo Brantas milik keluarga Ical.
Dari tipe-tipe yang dikemukakan oleh Caludia Reinhardth, Bakrie mengalami suatu krisis. Krisis yang dialami Bakrie dari tipe yang dikemukakan oleh caludia adalah krisis segera, ini akibat eksplorasi pengeboran gas bumi sehingga menimbulkan kebocoran gas dan menjadi lumpur dikawasan Sidoarjo. Selain itu, Bakrie juga mengalami krisis baru bukan hanya akibat Lumpur Lapindo namun karena  krisis finansial yang dialami keluarga Bakrie dan akibat kasus PSSI. Dalam kasus Lapindo Brantas, banyak warga yang dirugikan akibat bencana tersebut. Banyak amarah dan kekecewaan yang muncul dari warga Sidoarjo, hingga ada salah satu warga yang menuntut Bakrie dengan cara berjalan dari Sidoarjo hingga Jakarta hanya untuk segera menangani dan bertanggungjawab terhadap kasus Lumpur Lapindo. Tipe terakhir adalah krisis bertahan yang dialami Ical. Meski nama Lumpur Lapindo telah dialihkan isu menjadi Lumpur Sidoarjo, tetap saja nama Ical akan disebut jika mendengar bencana Lumpur Lapindo meski bencana tersebut telah lama terjadi yakni 2006 silam.
Steven Fink merupakan tokoh yang mengkaji mengenai krisis, dalam kasus Ical dapat kita analisis dengan anatomi yang dirumuskan oleh Fink, yaitu :
1.      Tahap Prodromal
Tahap prodromal adalah tahap adanya tanda-tanda peringatan munculnya krisis. Pada tahap ini, adanya gejala akan terjadi Krisis pada seorang Ical adalah saat ISL dibackingi oleh Bakrie Grup termasuk campur tangan Ical didalamnya beserta media pendukungnya yakni TV One dan ANTV dan ditambah pula dukungan dari Partai Golkar yang mana ketua umumnya adalah Aburizal Bakrie. Luka masa lalu pada warga Sidoarjo saat terjadi Lumpur Lapindo merupakan gejala awal terjadinya krisis, karena masyarakat banyak yang dirugikan dan belum ada perencanaan penanganan krisis untuk Lapindo.
2.      Tahap Krisis akut
Pada tahap ini krisis benar-benar terjadi. Adanya kasus PT Lapindo Brantas mulai bermunculan di media massa, walaupun dengan berbagai cara media Bakrie Grup mengalihkan nama Lumpur Lapindo menjadi Lumpur Sidoarjo. Apabila kasus ini muncul ke publik dengan menyertakan nama keluarga Bakrie dan menyeret nama Ical, maka inilah krisis akut yang dialami oleh Ical saat itu. Selain itu Bakrie juga mengalami krisis finansial, utang rupiah 10 perusahaan terafiliasi dengan Bakrie Brothers hingga kuartal 1 2012 mencapai Rp 21,4 triliun, dengan utang jatuh tempo pada 2012 sebesar Rp 7,1 triliun. Adapun utang dalam dolar mencapai US$ 5,7 miliar dan jatuh tempo pada 2012 sebesar US$ 275 juta. Sehingga sangat wajar kalau ARB sudah tidak masuk lagi di jajaran elit orang-orang kaya Indonesia saat ini.
3.      Tahap Krisis Kronis
Tahap ini adalah sebuah periode pemulihan, peristiwa akan tetap tersimpan dalam ingatan orang-orang untuk waktu yang cukup lama. Hingga kini, nama bencana lumpur akibat PT Lapindo Brantas mulai bervariasi. Apalagi beberapa media massa memiliki penyebutan tersendiri untuk bencana Lapindo sesuai karakter dan ideologi stasiun televisi.
4.      Tahap Resolusi
Tahap ini merupakan tahap dimana tokoh sudah dapat bangkit kembali dari krisis dan mulai melakukan aktivitas dengan normal. Ical kini mampu melewati beberapa tahapan krisis namun dengan catatan masih menyisakan krisis terutama pada pencitraannya sebagai ketum Partai Golkar. Kemampuannya dan keberadaannya untuk menjadi calon Presiden merupakan satu langkah dimana Ical telah berupaya melewati tahap Kronis.




Mengacu pada Firsan Nova, ada Lima tahapan dalam siklus hidup krisis:
1.    Tahap pre-crisis (sebelum krisis)
Tahap pre-crisis ini merupakan kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini biasanya tidak diperhatikan karena beberapa aspek dalam perusahaan memang penuh resiko.
2.    Tahap warning (peringatan)
Tahap ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling penting dalam daur hidup krisis. Didalamnya, suatu masalah untuk pertama kali dikenali, dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju kepada kerusakan yang menyeluruh. Reaksi yang umum terjadi pada tahap ini adalah kaget atau menyangkal dan pura-pura merasa aman.
3.    Tahap acute crisis (akut)
Pada tahap ini mulai terbentuk dan media juga publik mulai mengetahui adanya masalah. Jika krisis sudah mencapai pada tahap ini, perusahaan atau organisasi tidak dapat berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan kerugian.
4.    Tahap clean-up (pembersihan)
Saat masalah melewati tahap warning tanpa diselesaikan, maka kerusakan perusahaan mulai timbul. Inilah waktunya untuk memulihkan perusahaan dari kerugian  dan setidaknya menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa produk, reputasi, citra partai, kinerja dan produksi. Saat pemulihan, perusahaan harus mengahadapi hal-hal yang terkait dengan hukum, media, tekanan publik dan litigasi.
5.    Tahap post-crisis (sesudah krisis)
Inilah tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan seharusnya bereaksi saat suatu krisis muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan memenangkan kembali kepercayaan publik dan dapat beroperasi kembali dengan normal, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.
Berikut ini merupakan sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya (Firsan Nova, 2011: 75-80):
1.      Krisis karena bencana Alam
2.      Krisis karena kecelakaan industri
3.      Krisis karena produk yang kurang sempurna
4.      Krisis karena persepsi publik
5.      Krisis karena hubungan kerja yang buruk
6.      Krisis karena kesalahan strategi bisnis
7.      Krisis karena terkait masalah kriminal
8.      Krisis karena pergantian manajemen
9.      Krisis karena persaingan bisnis
Jika kita analisis, Ical atau Aburizal Bakrie mulai mengalami suatu krisis citra karena adanya bencana lapindo brantas. Beberapa faktor munculnya krisis yang ia alami karena penanganan bencana Lapindo, banyak warga menuntut ganti rugi akibat eksplorasi minyak bumi tersebut yang telah menelan harta benda, lahan dan kekayaan alam yang kini menjadi lautan lumpur. Para warga yang terkena lumpur ini menuntut kembali haknya pada Ical sebagai tokoh utama Bakrie Grup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Lintas Budaya (Makalah)

JENIS CITRA (Frank Jeffkins)

Cara Membuat Kerajinan Dari Tanah Liat