Landasan & Prinsip Dasar Aswaja

LANDASAN & PRINSIP PRINSIP ASWAJA 


1. Tawassuth 

Tawassuth mampu dimaknai sebagai berdiri di tengah, moderat, tidak ekstrim (baik ke kanan ataupun ke kiri). Tapi mempunyai sikap & pendirian. Khairul umuri ausatuha (moderat yaitu sebaik-baik tindakan). Tawassuth ialah landasan & bingkai yg mengatur bagaimana selayaknya kita mengarahkan pemikiran kita supaya tidak terjebak kepada pemikiran agama an sich. Dengan trik menggali & mengelaborasi dari beraneka metodologi patuh aturan ilmu, baik Islam ataupun ilmu dari barat, pun mendialogkan agama, filsafat & sains. 

2. Tasamuh 

Tasamuh merupakan toleran, tepa slira. Seuah landasan & bingkai yang menghargai perbedaan, tidak memaksakan kehendak & merasa benar sendiri. Nilai yang mengatur bagaimana kita harus bersikap dalam hidup sehari-hari, khususnya dalam kehidupan beragama & warga. Maksud hasilnya yaitu kesadaran bakal pluralisme atau keragaman yang saling melengkapi, bukan memicu terhadap  munculnya perpecahan. 

Dalam kehidupan beragama, tasamuh direalisasikan dalam wujud menghormati keyakinan & kepercayaan kita. Dalam kehidupan bermasyarakat, tasamuh diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan demokratis yang tidak mementingkan kebutuhan pribadi di atas kepentingan bersama. Tiap-tiap usaha itu ditujukan untuk membuat stabilitas penduduk yang dipenuhi oleh kerukunan, sikap saling menghargai & hormat-menghormati. Di berbagai wilayah, tasamuh juga hadir sebagai usaha menjadikan perbedaan agama, negara, ras, suku, adat istiadat, dan bahasa sebagai jalan dinamis bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Perbedaan itu berhasil di rekatkan oleh sebuah cita-cita bersama untuk membentuk masyarakat yang berkeadilan, keanekaragaman saling melengkapi. Unity in diversity-Bersatu dalam perbedaan. 

3. Tawazun 

Tawazun berarti keseimbangan dalam bergaul dan berhubungan, baik yang bersifat antar individu, antar struktur sosial, antar negara dan rakyatnya, maupun antar manusia dan alam. Keseimbangan disini adalah bentuk hubungan yang tidak berat sebelah (menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain). Tetapi masing-masing pihak mampu menempatkan dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari pihak yang lain. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya kedinamisan hidup. 

4. Ta’adul / ‘adalah 

Ta’adul maksudnya adalah keadilan, yang merupakan ajaran universal aswaja. Setiap pemikiran, sikap dan relasi harus selalu diselaraskan dengan landasan ini. Pemaknaan keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan sosial, yaitu landasan kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan sebagainya. Sejarah telah membuktikan bagaimana Nabi Muhammad mampu mewujudkan dalam masyarakat Madinah. Begitu juga Umar Bin Khatab telah meletakkan fundamen bagi peradaban Islam yang agung.

Ke empat landasan tersebut dalam prosesnya harus berjalan bersamaan dan tidak boleh ada satupun bingkai landasan yangg tertinggal. Karena jika salah satu terlewatkan atau tidak ada maka aswaja sebagai manhaj al fikr akan pincang. 

*) disadur dari buku PKD PMII Fakultas Ilmu Sosial dan Huamniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Lintas Budaya (Makalah)

JENIS CITRA (Frank Jeffkins)

Cara Membuat Kerajinan Dari Tanah Liat