ANALISIS FRAMMING
ANALISIS FRAMMING
MODEL ZHONGDANG PAN
Menurut Sobur (2001 : 161), mengutip Sudibyo (1999 a :
23) bahwa gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson
tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta
yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Framing adalah penekanan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan
dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu,
akhirnya adalah adanya bagian tertentu yang lebih menonjol yang lebih mudah
dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang
disajikan secara menonjol oleh media.Aspek-aspek yang tidak disajikan secara
menonjol, bahkan tidak diberitakan menjadi terlupakan dan sama sekali tidak
diperhatikan oleh khalayak.
Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian
tersebut disajikan dengan cara menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek
tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas dari
peristiwa.
Ada beberapa model freming yang digunakan dalam menganalisis teks media. Salah
satunya model Pan dan Kosicki yang merupakan modifikasi dari dimensi
operasional analisis wacana Van Dijk. Model framing ini adalah salah satu model
yang paling populer dan banyak dipakai. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing
ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisa teks media.
Konsep framing Pan dan Kosicki yaitu sebagai proses pembuatan suatu pesan lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak
lebih tertuju pada pesan tersebut.
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari dari framing yang saling
berkaitan yaitu:
(1) konsepsi psikologi yakni menekankan pada bagaimana seseorang memproses
informasi pada dirinya yang berkaitan dengan struktur kognitif dalam mengolah
informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing dilihat sebagai
penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan
elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi
seseorang,
(2) konsepsi sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial pada
realitas. Frame disini berfungsi melihat membuat suatu realitas menjadi
teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan
label tertentu (Eriyanto, 2002:252).
Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi
yang ada dalam pemikirannya semata. Akan tetapi melibatkan nilai sosial yang
melekat dalam diri wartawan, ketika menulis dan mengkonstruksikan berita
wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong atau dengan kata lain
khalayaklah menjadi pertimbangan wartawan, serta ditentukan oleh proses produksi
yang selalu melibatkan (standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar
profesional dari wartawan).
Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat,
foto, grafik, dan perangkat lainnya untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan
mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Perangkat wacana itu dapat
dijadikan alat bagi peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai
pusat dari organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang dihubungkan dengan
elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame
berhubungan dengan makna yang berdasarkan perangkat tanda dimunculkan dalam
teks sehingga seseorang dapat memaknai suatu peristiwa.
Perangkat framing dalam pendekatan ini dapat dibagi dalam empat struktur besar,
yaitu:
- Struktur sintaksis merupakan penyusunan fakta
atau peristiwa dalam teks berita yang berupa pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa, disusun dalam bentuk susunan umum berita.
Perangkat framing adalah skema berita, dan unit yang diamati adalah
headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan dan penutup. Struktur
sintaksis dapat memberikan petunjuk yang berguna untuk wartawan dalam
memaknai peristiwa dan hendak ke mana berita itu akan
diarahkan (Nugroho, 1999: 31).
- Struktur skrip merupakan pengisahan fakta dalam
teks berita. Struktur ini melihat strategi dan cara bercerita atau
bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam
bentuk berita. Perangkat framing adalah kelengkapan berita dan unit yang
diamati melalui 5W+1H. untuk itu, unsur kelengkapan berita ini dapat
menjadi penanda framing yang penting, namun jika salah satu unsur
kelengkapan berita yang dimiliki wartawan tidak dimunculkan maka akan
memperlihatkan penekanan atau penonjolan dan penyamaran terhadap fakta
yang ada.
- Struktur tematik merupakan penulisan fakta atau
menuangkan pandangan dalam teks berita terhadap suatu peristiwa
berdasarkan proposisi, kalimat atau hubungan kalimat yang membentuk teks
secara keseluruhan. Perangkat framing dari struktur tematik ini terdiri
dari detail, maksud, nominalisasi, koherensi, bentuk kalimat, dan hubungan
kalimat. Struktur tematik sebenarnya merupakan alat analisis untuk melihat
bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, serta menempatkan dan
menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.
Struktur retoris merupakan penekanan fakta dalam
teks berita. Perangkat framing yang digunakan adalah leksikon, grafis,
metafora, penandaan dengan unit analisis kata, idiom, gambar, foto, dan grafik.
Disamping itu unsur leksikon menunjukan pilihan kata dalam suatu kalimat
tertentu. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan
akan memakai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa
berita yang dia tulis adalah benar.
Komentar
Posting Komentar