PEMBERITAAN MEDIA MASA DALAM KACA MATA ALQURAN
PEMBERITAAN
MEDIA MASA DALAM KACA MATA ALQURAN
(Analisis prinsip komunikasi alquran dalam pemberitaan Majalah Tempo
26/01/14 dan Harian Kompas 28/01/14 )
Sekilas
terlihat dari judul yang dipilih oleh penulis, maka tulisan ini akan mencoba
mengahdirkan analisa mengenai pemberitaan di media masa yang akan di tinjau
dalam sudut pandang Al-quran. Media massa dalam klasifikasinya dapat dibedakan
menjadi dua, media cetak dan elektronik. Dimasa seperti sekarang
ini media massa memegang peranan sangat penting dalam memberikan suplai
informasi kepada khalayak umum, maka tak heran media massa pasca orde
baru mulai menjamur, disisi lain gayung bersambut, khalayak juga butuh akan
informasi yang disajikan oleh media masa.
Pada
masyarakat modern, konteks penyajian informasi oleh media massa sebagian besar disajikan
dalam bentuk pemberitaan, pemberitaan tentang adanya peristiwa bencana alam,
pemberitaan mengenai kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Jika di analisa,
model pemberitaan sangat erat kaitanya dengan adanya proses komunikasi yakni
penyampaian pesan kepada khalayak melalui media sehingga menimbulkan feedback
tertentu. Tidak hanya itu, media dengan segala kelebihanya juga mampu
menggiring opini publik terhadap isu yang disampaikan oleh media. Maka unsur media
menjadi sangat penting dalam proses komunikasi. Jika pemberitaan di media massa
mencoba di koneksiakan dengan prinsip komunikasi dalam Al-quran maka diharapkan
akan ada sudut pandang baru yang mampu melihat pemberitaan media massa melalui
kaca mata Al-quran.
Al-quran
sendiri merupakan kitab suci agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril, di dalam Al-quran tidak di jelaskan
secara spesifik masalah komunikasi, namun jika diteliti melalui ayat-ayatnya
ada banyak ayat Al-quran yang memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip
komunikasi yang penulis ambil dari literatur komunikasi Islam karya Dr Waryani
Fajar R dan Mokhamad Mahfud, diantaranya ialah :
1.
Qoulan azima (transendensi).
Qoulan azima sering disebut sebagai komunikasi dakwah teologis. Berdasarkan
penjelasan beberapa ayat yang ada dalam Al-quran maka Qoulan azima dapat
didefinisikan sebagai jenis komunikasi dakwah yang terkait dengan nilai-nilai
ketauhidan atau nilai teologis. Terdapat dua jenis qoulan azima, yakni qoulan
azima deteologis yang ditunjuk dengan terma isman azima & qoulan
azima teologis yang ditunjuk dengan terma Ajran azima.
2.
Qoulan Baliga (Humanisasi).
Qoulan Baliga di identikan dengan komunikasi dakwah psikologis,
secara harfiah balig berasal dari kata balaga yang oleh para ahli bahasa di fahami
sebagai sampaikan sesuatu kepada sesuatu lainya. Perkataan yang balig ialah
perkataan yang merasuk dan membekas dijiwa. Menurut Isfahani, bahwa
perkataan tersebut mengandung tiga unsur yakni bahasanya tepat, sesuai dengan
yang dikehendaki, dan isi perkataan ialah sebuah kebenaran. Adapaun kriteria
lain tentang pesan yang dianggap baligh, para pakar sastra seperti yang dikutip
oleh Quraish Shihab merumuskan beberapa kriteria diantaranya, tertampungnya
seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan, tidak bertele tele dan juga tidak
terlalu pendek, pilihan kosa kata yang familiar, kesesuaian kandungan dan gaya
bahasa dengan lawan bicara, kesesuaian dengan tata bahasa. Maka secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa Qoulan Baliga merupakan prinsip komunikasi
yang efektif yang terkandung dalam Al-quran. Pesan dapat dikatakan efektif
apabila pesan itu mampu di fahami oleh khalayak, maka aspek atau sudut pandang
tentang kondisi khalayak tidak bisa dilepaskan dari prinsip ini.
3.
Qoulan Karima
Prinsip ini lebih menyiratkan pada aspek berbicara mulia dengan isi
pesan, cara penyampaian dan tujuanya selalu baik terpuji dan penuh hormat
mencerminkan akhlak terpuji dan mulia. Secara garis besar qoulan karima
ialah memposisikan pihak lain tetap dalam kemuliaan, atau perkataan yang mampu
memberi kemanfaatan, lemah lembut, baik kepada orang lain tanpa merendahkan
atau menghinanya.
4.
Qoulan Layyina (Spiritualis)
Asal makna layyina ialah lembut dan gemulai. Secara
definitif yang dimaksud dengan qoulan layyina ialah perkataan
yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, dimana komunikator mencoba
menyakinkan pihak lain bahwa apa yang dibicarakan ialah benar dan rasional
dengan tanpa merendahkan pandangan pihak lain. Ini juga merupakan salah satu metode
dakwah karena tujuan utama dakwah ialah mengajak orang lain kepada kebenaran,
bukan untuk memaksa dan unjuk kekuatan.
5.
Qoulan Maisura (Rasionalis)
Pada prinsipnya Qoulan Maisura ialah perkataan yang
baik, lembut dan melegakan. Qoulan maisura juga diidentikan dengan
qoulan ma’ruf yang artinya perkataan yang maisur adalah
ucapan yang wajar dan sudah dikenal sebagai perkataan yang baik bagi masyarakat
setempat, mudah difahami. Dan biasanya perkataan yang mudah difahami ialah yang
bersifat logis rasionalis. Seperti ketika tidak bisa mengabulkan sebuah
permintaan maka harus disertai dengan perkataan yang baik dan alasan alasan
yang rasional.
6.
Qoulan Ma’rufa (Komunikasi dakwah Sosiologis)
Dalam beberapa konteks Ar Razi menjelaskan bahwa Qoul ma’ruf
ialah perkataan yang baik, yang menancap kedalam jiwa sehingga lawan bicara
tidak merasa dianggap bodoh, perkataan yang mengandung penyelasan ketika tidak
bisa memberi atau membantu, tidak menyakitkan dan sudah dikenal sebagai
perkataan yang baik. Formulasi tentang kata baik juga belum pasti, hal ini
sangat dipengaruhi oleh faktor adat istiadat, perkataan disatu daerah dianggap
baik belum tentu dilain daerah demikian. Inilah yang dimaksud dengan makna
sosiologis. Terma Ma’rufa seakar dengan terma urf kebiasaan. Dan
konsepsi tentang adat kebiasaan identik dengan komunikasi sosiologis.
7.
Qoulan Syadida (komunikasi dakwah rekonstruktif)
Qoulan syadidan
dapat didefinisikan sebagai perkataan yang benar, lurus , jujur, adil dan tidak
ada rekayasa atau penyimpangan informasi. Qoulan syadida berlaku
dalam semua konteks komunikasi. Lebih jauh lagi qoulan syadida
berusaha meluruskan terhadap hal yang menyimpang, bersih dari kepentingan
pribadi maupun kelompok. Melalui kejujuran maka akan tercipta suatu kebenaran sehingga
ucapan yang disampaikan menyejukkan hati yang menjadi sasaran informasi. Benar
dalam konteks ini sesuai dengan Al-quran dan Hadist.
8.
Qoulan Saqila (komunikasi dakwah Quranik)
Terma syaqila dapat bermakna berat, digunakan untuk dua
makana yaitu berat dalam ucapan dan berat hari. Maka Qoulan syaqila
dapat didefinisikan sebagai komunikasi dakwah Quranik.
9.
Qoulan ahsan (komunikasi dakwah Integralis)
Secara epistimologi ahsan merupakan kata bentukan dari hasana
yang berarti indah, baik, dalam bentuk kata superlatif yang berati terindah,
terbaik. Kata ahsana sendiri artinya melakukan perbuatan baik atau lawan
darai kata asa’a yang berbuat jahat, perbuatan buruk. Terma ahsan
adalah derajat etika yang paling tinggi dalam islam, sehingga ia adalah
intergralisasi dari seluruh nilai-nila etika komunikasi. Maka qoulan ahsan
dapat didefinisikan sebagai komunikasi dakwah intergralis.
Beberapa
prinsip komunikasi yang terkandung dalam Al-quran tersebut selanjutnya akan
digunakan sebagai acuan dalam menganalisa pemberitaan yang dilakukan oleh
majalah tempo tentang bergabungnya Rusdi Kirana dengan PKB yang terbit pada
tanggal 26 Januari 2014 dan pemberitaan koran kompas tanggal 28 Januari 2014 tentang meniggalnya pendaki gunung. Mengapa
dua media tersebut dipilih, karena media tersebut merupakan media masa yang
sudah cukup lama berdiri dengan sekup nasional dan cukup familiar di Indonesia.
Dalam
majalah tempo diberitakan pemilik Lion Air Rusdi Kirana bergabung dengan PKB
pada 12 januari 2014. Bergabungnya rusdi dengan PKB disebutkan merupakan jurus
melingkar guna membidik suara nahdiyin. Rusdi diposisikan sebagai wakil ketua
umum karena ia berpeluang akan memberikan sumbangan dana untuk biaya pemilu,
Rudi sendiri merupakan pemilik maskapai penerbangan LION air dan magnet bagi partai
polotik yang juga tercatat sebagai orang terkaya Indonesia ke 29 versi majalah forbes
dengan harta US$ 1 milyar. Ia memilih bergabung dengan PKB karena kecintaanya
kepada Abdurrahman Wahid yang membela minoritas.
Selanjutnya,
pada harian kompas diberitakan tentang meninggalnya 2 pendaki gunung Arjuno
Malang dan 2 mahasiswa yang tertimpa longsoran material merapi. Di dalam berita disebutkan 2 pendaki
yang meninggal bernama Alif Hazen R dan Dian Meitami, keduanya berencana mendaki
salah satu puncak gunung Arjuna yakni gunung kembar 2. Namun, kedunya menghilang
dan ditemukan dalam keadaan meninggal oleh TIM SAR. Selain itu mahasiswa yang
tertimpa longsoran material merapi bernama Lubis dan Anggelica mahasiwa
Atmajaya Yogyakarta. Mereka terkena longsoran disekitar daerah Pasar Bubrah
dengan ketinggian 2.800 meter dari permukaan laut. Sehingga mengakibatkan
pendakian digunung Merapi sementara ditutup.
Analisis
Dalam analisa
berikut ini akan berfokus pada sejauh mana prinsip komunikasi Alquran itu
diterapkan oleh media massa Tempo dan Kompas, terlepas dari ideologi masing-masing
media yang menjadi acuan dalam pemberitaan. Namun dalam analisis tersebut
penulis juga mencatumkan poin rekomendasi tentang pemberitaan sehingga sesuai
dengan prinsip komunikasi Al-quran.
Dalam prinsip pertama
ialah Qoulan Azima, prinsip dakwah teologis nampaknya belum bisa
di lihat dalam proses pemberitaan baik di Tempo maupun Kompas. Pada pemberitaan
Tempo sifat berita lebih mengarah kepada hal politis, sehingga poin
transendensi atau ketuhanan tidak nampak, karena orientasi politis ialah untuk
kekuasaan. Sedangkan pada harian Kompas berita tersebut mengarah pada informasi
tentang korban pendakian, dalam konteks meninggalnya seorang manusia harusnya
mampu diarahkan kepada hubungan transenden kepada sang pencipta, bahwa
sesunggunhya manusia itu lemah dan Tuhanlah yang berkehendak sehingga manusia
harus senantiasa ingat kepada sang pencipta. Poin tersebut nampaknya juga tidak
di angkat sebagai sebuah nilai berita yang coba ditawarkan oleh Kompas. Kedua
berita tersebut lebih condong kearah informatif dan kurang menyentuh aspek qoulan
azima. Qoulan azima teologis maupun qoulan azima
deontologis.
Prinsip
komunikasi kedua ialah Qoulan baliga, yang menitikberatkan pada
efektifitas pesan. Pesan yang disampaiakan mampu merasuk kedalam jiwa dan
membekas, sehinga dikatakan prinsip komunikasi dakwah psikologis. Dalam konteks
ini, majalah Tempo yang mempuanyai segmentasi menengah keatas serta didukung
dengan kondisi bangsa yang sedang menuju pada tahun pergantian kekuasaan
(pemilu), maka berita politis yang disajikan oleh majalah tempo mampu
tersampaikan secara efektif. Dengan penggunaan bahasa yang mudah difahami dan
tidak bertele-tele. Pada berita harian Kompas, apabila diamati qoulan balligha
tercermin dari sebuah himbauan yang disampaikan Kepala Balai Penyelidikan Dan
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi yang berisi penutupan jalur
pendakian hanya sampai Pasar Bubrah. Apabila dikaitkan dengan toeri belajar
dalam spikologi sosial maka berita tersebut merupakan bentuk pelajaran untuk
selanjutnya. Secara umum kedua berita tersebut tidak menggunakan istilah yang
sulit difahami.
Prinsip Ketiga
Qoulan Karima, prinsip ini menitikberatkan pada aspek memuliakan,
penuh hormat dan akhlak terpuji. Pada majalah Tempo pemberitaan lebih terfokuskan
pada satu tokoh yakni Rusdi. Dalam berita ini Tempo mencoba menggiring opini
bahwa Rusdi merupakan mesin pencetak uang baru bagi PKB. Secara politis itu
sangat wajar namun menjadi tidak baik kemudian ketika hal tersebut menjadi
konsumsi publik. Aspek memuliakan secara tersirat justru nampak pada keinginan
yang disampaikan oleh Rusdi yang berkeinginan memberikan sumbangan kepada
partai, prestasi pribadi Rusdi dll. Disisi lain harian Kompas dengan redaksi “2
pendaki Tewas” justru terlihat memberikan konotasi negatif terhadap korban yang
terkena musibah. Akan lebih tepat jika aspek qoulan karima dipenuhi
dengan mengatakan bahwa dua pendaki wafat atau meninggal dunia, itu lebih mulia
dibanding tewas.
Prinsip Keempat
Qoulan Layyina yang lebih fokus terhadap etika perkataan yang lemah
lembut, bersifat mengajak kepada kebenaran, memberikan contoh dan sebagainya.
Maka dalam pemberitaan Tempo masih belum ditemui aspek tersebut, sifat berita
yang cenderung politis hanya mengarah pada anjuran hanya untuk golongan
tertentu saja. Seperti salah seorang narasumber yang mengatakan “kalau ingin
melayani NU ya harus membesarkan PKB”, hal tersebut berbentuk anjuran namun
hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja. Khalayak justru disuguhkan
sajian dunia politis yang apapun bisa terjadi didalamnya, sekarang kawan besok
lawan maupun sebaliknya, dalam pemberitaan Kompas terdapat aspek ajakan tentang
kebenaran bahwa Merapi sedang dalam kondisi tidak baik untuk proses pendakian
karena rawan terkena reruntuhan material.
Prinsip Kelima
Qoulan Maisura perkataan yang baik, lembut dan melegakan. Mudah
difahami karena sifatnya logis rasionalis. Pemberitaan Tempo mengarah opini
bergabunganya Rusdi Kirana merupakan strategi melingkar PKB dalam membidik
suara kaum nahdiyin, karena Rusdi sangat berpeluang sebagai orang yang akan
mendanai kampanye partai tersebut dan juga diberikan posisi penting
dipartainya, maka hal ini sangat rasional dan mudah difahami oleh masyarakat
bahwa itu bagian dari strategi politik PKB. Seperti halnya Kompas yang
memberikan alasan rasional penyebabap kematian dua orang mahasiswa serta alasan
ditutupnya jalur pendakian ke merapi.
Prinsip Keenam
Qoulan Ma’rufa. Titik fokus prinsip ini ialah pada komunikasi
sosiologis, dimana setiap perkataan harus disesuaikan dengan kondisi sosiologi
khalayak. Kondisi hari ini khalayak di Indonesia sudah terlalu muak melihat
kinerja partai politik, parpol dianggap sebagai ajang pencitraan dan obral
janji, sehingga harusnya media mengabarkan tentang pendidikan politik yang
bermanfaat bagi masyarakat, karena salah satu fungsi media ialah edukasi.
Berita yang disajikan harian kompas
melengkapi deretan musibah yang menimpa bangsa ini, banjir, gempa, gunung
meletus, dan pendaki yang meninggal merupakan sederetan musibah yang dirasakan
bangsa Indonesia. Masyarakat butuh akan kabar positif yang mampu mebangkitkan
semangat ke-Indonesiaan. Secara umum dua berita tersebut secara redaksional
sudah mampu menyentuh khalayak, karena bahasa yang digunakaan juga dapat
difahami secara universal. Namun, esensi Qoulan Ma’rufa belum
tersentuh.
Prinsip Ketujuh
Qoulan Syadida, komunikasi Dakwah Rekonstruktif, fokus pada
kebenaran dan meluruskan penyimpangan, dua berita tersebut mengungkapkan
kebenaran atas fakta dua peristiwa, peristiwa bergabungnya Rusdi dan
meninggalnya 2 mahasiswa. Namun aspek kebenaran atas tindakan yang dilakukan
oleh PKB dalam meminang Rusdi yang dipertanyakan, karena ia adalah orang baru
dan langsung menduduki posisi penting dipartai itu sedangkan banyak politisi
senior yang harusnya mendapatkan posisi tersebut justru tidak mendapat bagian. Akan
tetapi lagi-lagi mungkin dunia politik tak menganal benar dan salah. Prinsip
ini mencoba menghadirkan kebenaran (rekonstruktif) yang telah menyimpang,
kebenaran itu harus diungkap meskipun itu menyakitkan.
Prinsip Kedelapan
Qoulan Syaqila ialah fokus pada perkataan yang berat dan merujuk
pada Alquran. Secara garis besar kedua berita dari dua media tersebut tidak ada
yang mengarah pada sebuah perkataan yang merujuk pada Alqur’an.
Prinsip Kesembilan
Qoulan Ahsana, Prinsip ini merujuk pada konsepsi Komunikasi Dakwah
Integralis yang menjadi puncak etika dalam berdakwah yang paling baik. Kedua
pemberitaan tersebut masih belum sampai pada titik Qoulan ahsana,
secara redaksi mungkin hampir mendekati, namun substansi yang diharapkan dari
sekian prinsip yang ada belum tertuang pada dua berita yang disajikan oleh dua
media yang berbeda.
Kesimpulan
Kaca mata Al
quran dalam melihat pemberitaan dua media tersebut dalam masing-masing berita
yang disajikan pada edisi tertentu, masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip
komunikasi dalam alquran. Masih banyak prinsip-prinsip yang belum tertuang
dalam spirit pemberitaan di media Tempo dan harian Kompas. Maka perlu dilakukan
upaya evaluasi mendalam terkait implementasi prinsip tersebut dalam menyajikan
berita yang akan dikonsumsi oleh khalayak.
“Idza tamal amru yana naqsuhu”
Ketika sesuatu kelihatan sempurna maka akan nampak bintik bintik
kekuranganya.
*) Disusun oleh : Arif
Rahmat AK
Komentar
Posting Komentar