Evidensi Monumen Harmoko

Evidensi Monumen Harmoko

Harmoko adalah seorang politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada Orde Baru dan Ketua  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada masa BJ Habibi. Beliau lahir di Desa Patianrowo, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 7 Februari 1939. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan kemudian menjadi Mentri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto. Banyak buku-buku yang menceritakan mengenai Harmoko dan juga beliau menciptakan beberapa buku.

Dalam Wikipedia disebutkan karir politik Harmoko antara lain; Sebagai Menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa) yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah. Harmoko pun dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum (Pemilu) melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan". Sebagai Ketua Umum DPP Golkar, Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "Temu Kader". Terakhir, ia menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1993-1998 yang mengangkat Soeharto selaku presiden untuk masa jabatannya yang ke-6. Namun dua bulan kemudian Harmoko pula memintanya turun ketika gerakan rakyat dan mahasiswa yang menuntut reformasi tampaknya tidak lagi dapat dikendalikan.

Foto Lokasi Monumen Harmoko
Dusun Ngrengket, Desa Rowomarto, Kec. Patianrowo, Kab. Nganjuk

Lokasi dimana Harmoko dilahirkan yaitu Kabupaten Nganjuk yang merupakan lokasi atau wilayah yang kondisi topografisnya cenderung bervariasi dari yang datar (0-2%0 dan landai (2-15%). Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin. Lebih spesifik, Harmoko tinggal di suatu daerah di Nganjuk tepatnya di Kecamatan Patianrowo di Desa Patianrowo pula. Di daerah ini terdapat kediaman Harmoko yang sekarang digunakan sebagai sanggar tari dengan nama “Sanggar Tari Asmoprawiro” yang dipimpin oleh bapak Lasimen, S.pd. Selain itu terdapat pula Pabrik Gula Lestari (PG. Lestari) yang terletak diseberang Sanggar Tari Asmoprawiro, kemudian terdapat pula dua Pondok Pesantren Modern yang terkenal yaitu Pondok Modern Al-barokah yang terletak di Desa Ngepung Kecamatan Patianrowo dan Pondok Pesantren Modern Sunan Kalijaga yang terletak di Desa Pakuncen Kecamatan Patianrowo dengan pengasuh Drs. K.H. M. Komari Syaifullah MA.

Di Desa Rowomarto (yang terletak sebelah utara Desa Patianrowo dan Pakuncen) terdapat sebuah Monumen yang terkenal dengan sebutan “Monumen Harmoko”, terletak di Dusun Ngrengket. Monumen Harmoko diresmikan tanggal 22 September 1997 oleh Harmoko, diresmikan sekaligus dengan Perpustakaan Desa yang ada di Desa Rowomarto.

Perpustakaan Desa Rowomarto dahulunya sering dimanfaatkan dan di buka agar masyarakat mulai aktif membaca. Namun seiring berjalannya waktu, terakhir ketika saya datang ke Monumen ini (28/10), terlihat Monumen tersebut tidak begitu terawat lagi dan juga gedung perpustakaan yang berada dibelakang Monumen ini pun juga tidak dibuka dan tidak dimanfaatkan lagi. Tidak ada aktifitas disana. Monument ini dirawat oleh seorang bernama Mbah Juremi, begitu menurut sumber yakni Bapak Agus sebagai Kamituwo Dusun Sukorami Desa Rowomarto. Semenjak Perpustakaan Desa dipindahkan ke Kantor Desa maka suasana di Monumen Harmoko ini semakin sepi. Hanya sebagai tempat nongkrong atau sekedar beristirahat orang yang melewatinya. Semestinya perpustakaan tetap dilestarikan agar masyarakat tidak buta huruf. Dengan dipindahkannya perpustakaan ke Kantor Desa membuat masyarakat semakin enggan membaca karena masyarakat hanya ke Kantor Desa ketika ada suatu kepentingan saja.  

Kondisi fisik monumen yang kurang terawat menjadi kurang indah dan berartinya monument ini sebagai peringatan akan adanya tokoh yang pernah berjasa bagi bangsa ini yakni Harmoko. Terlihat dari pondasi disekitar monument ini telah banyak yang rusak, banyak dedaunan yang gugur di panggung monument ini, rumput-rumput yang tumbuh pada sela-sela paving juga kurang terawat dan kurang mendapat perhatian seperti dahulu ketika masih adanya perpustakaan di monumen ini. Fungsi dari gedung dan monumen ini pun kurang bermanfaat lagi karena lingkungan dan kondisi social masyarakat Desa Rowomarto.

Harapan penulis, seharusnya monument ini dapat dimanfaatkan untuk Desa Rowomarto khususnya dan masyarakat umum. Seharusnya masyarakat Desa Rowomarto Kecamatan Patianrowo bangga dengan adanya monument Harmoko, karena Harmoko merupakan sosok tokoh politikus yang berpengaruh saat orde baru dulu yang berasal dari daerah ini. Selain mengenang dengan adanya monument ini, Sanggar tari Asmoprawiro juga mewakili sebagai peringatan dimana Harmoko berasal. Harusnya kita sebagai saudara (sedulur) sedaerah dengan tokoh kebagsaan kita, kita bangga dengan jasa yang telah ditorehkan selama ini dan kita harus menjunjung tinggi jasa beliau. Setidaknya dengan tetap merawat dan melestarikan apa yang menjadi tanda atau symbol peringatan sang tokoh seperti monument dan sanggar yang ada di Kecamatan Patianrowo.


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Lintas Budaya (Makalah)

Cara Membuat Kerajinan Dari Tanah Liat

JENIS CITRA (Frank Jeffkins)